Tips Membangun Startup khusus Founder Kere
Artikel kali ini masih seputar tips membangun startup. Pada artikel sebelumnya saya sudah memberikan Tips membangun startup khusus untuk mahasiswa dan U18 (Umur dibawab 18). Kali ini saya ingin sedikit nyentrik membuat judul sekaligus menggelitik bahkan rawan dikritik orang. Yups, benar karena saya fokus pada kata “Kere” alias miskin atau gak gablek duwit tapi semangat segede gaban.
PS: ganti kata “kere” jadi less creativity/less idea/ less spirit, biar gak sakit hati saya bilang kere. Mungkin tulisan ini bakal
banyaksedikit men-judgment orang, bahasa kerennya menghina. Anggap saja saya sebagai utusan Jack Ma untuk merubah pola pikir pemuda-pemuda kere yang kebetulan tersesat membaca tulisan ini. Biar kata-kata bijak saya gak terlalu bau tai kucing. 😀
Di artikel bertema pondasi sikap bagi seorang founder saya berusaha membagi tipe pendiri startup setidaknya ada 3 spesies yaitu; (1) pendiri startup dari kalangan miskin, (2) pendiri startup dari kalangan menengah, dan (3) pendiri startup dari kalangan kaya. Ketiganya memiliki cara pandang berbeda mengenai kesuksesan. Namun, ketiganya memiliki cara pandang yang sama cara menuju kesuksesan. Bagaimana maksudnya? Ijinkan saya kali ini untuk mendefinisikannya secara tersirat dalam artikel curhatan kali ini. 🙂
Banyak sekali saya menemukan pemuda-pemuda kere di luar sana kalau dilihat dari kacamata kuda yang saya pakai terlihat ngenes. Selain kere duwit, kere semangat dan kere imajinasi (ide). Rata-rata menginginkan sesuatu yang aman-aman saja. Ah, biarlah mereka, yang terpenting orang-orang terdekat saya yang jadi prioritas sebagai utusan Jack Ma. ~
Era digital benar-benar telah jauh mengubah cara pandang anak-anak muda berbakat nan semangat. Hal ini ditandai dengan menjamurnya startup-startup yang kadang terkesan ikut-ikutan. Tapi no problem, itu harus kita anggap sebagai prestasi nan mencengangkan. Karena mereka cukup berani untuk mencoba sesuatu hal baru. Setidaknya mereka berusaha mengurangi sisa kerak-kerak pemikiran peninggalan jaman penjajahan Belanda dalam otak anak muda yang hanya berpikir, “kalau tidak jadi PNS, ya kerja di swasta”. Kita beri mereka 5 jempol.
Jiwa berani mencoba harus kita tanam dalam-dalam di otak bawah sadar sejak dini. Kalau perlu sejak di bangku SMA, kamu harus berani mencoba sesuatu yang bahkan di luar kemampuan. Agar di masa depan, kamu lihai dalam mengukur tingkat resiko dari setiap tindakan/ keputusan yang diambil. Ini bukan sekedar motivasi, hal ini benar-benar berlaku di kalangan usahawan digdaya saat ini. Contoh saja Bob Sadino dengan gaya khasnya yang nyentrik. Dia menjadikan kata “GOBLOK” sebagai pecut bagi anak-anak yang tidak sempat makan bangku sekolah atau genteng kampus. Dia selalu berharap, lakukan apa pun yang kamu bisa dengan berani dan konsisten, suatu saat kalau sudah masanya pasti Allah memberimu jalan kesuksesan. Kalau kata “GOBLOK” dipakai oleh mahasiswa, tersesatlah ia. Justru dia akan menjadi manusia paling DUNGU di hadapan pengemis sekalipun. ~
Berhubung ini adalah curhatan bertema startup dan pendidikan, mari kita kecilkan pembahasan. Sesuai judulnya Tips Membangun Startup khusus untuk Founder Kere, tidak baik kalau saya terlalu ngelantur membahas hal-hal lainnya. 😀
Baca juga : Pemasaran Produk Lewat Komuitas Sangat Cocok untuk Startup
Berikut tips untuk kamu yang kere segala-galanya untuk membangun sebuah startup impian masa depan. Namun, perlu digaris bawahi tips ini hanya relevan dalam beberapa kasus. Jadi, pintar-pintarlah menyerap informasi yang terkandung dan cobalah untuk membuat analogi untuk pemahaman sendiri.
Pertajam insting memangsa
Seperti halnya di hutan belantara, dunia bisnis benar-benar kejam. Kalau tidak memangsa, ya dimangsa. Namun, “insting memangsa” yang saya maksud adalah insting melihat peluang dalam segala macam situasi dan lingkungan. Seperti yang dibahas di banyak artikel bejibun di iternit, mereka selau mengatakan bahwa peluang bisnis ada di manapun. Bahkan saat kamu be’ol pun ada peluang bisnis disitu. Loh? Yes!
“Insting memangsa” yang saya maksud adalah kombinasi antara kemampuan membaca peluang dengan keberanian untuk menerkam peluang tersebut. Akan sangat mubadzir hasil analisis peluangmu kalau masih diliputi oleh keragu-raguan untuk mengambil peluang tersebut bukan? Om, bagaimana cara membaca peluang bisnis? Susah saya jelasin disini, karena sampai saat ini pun insting saya masih lemah. Loh?! Jadi, percayalah pada dirimu sendiri bahwa kamu harus menerkam setiap peluang yang sekiranya mampu kamu ambil.
Baca juga : Tips Membangun Lele Startup Buat Mahasiswa Tersesat
Perkuat kemampuan teknis digital
Cukup banyak saya menemukan pemuda-pemuda kere yang mengeluh saat ditanya “Ente rencana pengen bisnis apa?”, jawaban defaultnya “Lah, pusing gak punya modal”. Ya pasti pusing, wong ente emang pemuda kere duwit, mau dapat darimana uang buat mulai usaha. Utang di bank? Ngakak, mau jaminin apa? Itu buntutnya bisa panjang kalau nyampe berani utang di bank untuk manusia seukuran kamu. Makanya cari usaha yang tanpa modal. Bahkan saya sendiri sempat diketawain teman saat bertanya, “kira-kira usaha apa ya yang tanpa modal?”. Dia benar-benar ketawa ngakak. Saya cuma bisa ngebatin, “ini orang gak tau jaman now itu gimana kali ya.”
Makanya perkuat kemampuan teknis, ini jaman modern cuy. Jaman serba digital, kebanyakan dibangun menggunakan kemampuan teknis seseorang. Selebihnya cuma membutuhkan sedikit biaya untuk infrastrukturnya. Bukan jaman penjajahan Jepang apalagi penjajahan Belanda yang apa-apa harus pasang modal gede di awal. Bahasa kerennya, perbanyaklah skill digitalmu.
Carilah usaha basis J-A-S-A D-I-G-I-T-A-L kalau otak sudah mentok pengen jualan cilok tapi gak mampu beli gerobak dan alat-alatnya. Jasanya pun harus dibatasi hanya untuk skill digital. Mau tau bedanya? Bandingkanlah:
Seorang pelukis membutuhkan cat, kuas, kanvas, dan bahan-bahan finising lainnya. Buat kamu yang kere, berapa harga semua kebutuhannya? Sampai 30-50ribuan? Kalau orang kere, uang segitu susah carinya. Kalau dijual pun, harga lukisan hasil karya amatiran kisaran 100ribuan (anggap saja benar segitu).
Bandingkan dengan seorang desainer grafis yang cuma butuh nge-warnet sejam dua jam, misal sejamnya 4ribu perak, berarti dua jam 8ribu perak. Bisa nerima uang 200 ribuan, untuk dia yang berbakat maksa klien bayar segitu. 😀
Kalau pun contoh di atas kurang kuat dijadikan alasan, percayalah. Jasa digital lebih mudah dilakukan ketimbang jasa-jasa fisik lainnya. Buat kamu yang jaman now masih buta komputer, ke laut aja sono. Pembahasan literasi komputer sudah tidak relevan jaman now. 😛
Baca juga : Mengukur Kinerja Startup Paling Manusiawi Untuk U-25
Berani mencoba dengan akal
Allah sudah ngasih kamu akal, bahkan akal bulus pun ada yang mengatakan itu berasal dari lahir. #Eh. Setelah kemampuan teknismu sudah terasah, atau sedikit tajem dari silet. Cobalah untuk mencari peluang usaha basis digital yang ada di sekitarmu. Jika kamu pandai melihat peluang, awal memulai bisnis sangat mudah di dapat.
Berkaca dari pengalaman saya waktu jaman kuliah. Waktu itu, mahasiswa di jurusan saya ditugaskan untuk membuat sebuah buku dari kumpulan tugas makalah. Berhubung jaman ago saya sudah sedikit-sedikit mengenal desain grafis, akhirnya saya nekad menawarkan diri untuk ‘mencetaknya’ dengan kualitas gak kalah dengan publisher-publisher profesional.
Sudah kepalang menawarkan, mau gak mau saya harus Googling cari cara mencetak buku dan dimana mencetaknya. Oh, ternyata mudah saja ini teknik mencetak buku. Cuma perlu bikin kaper berwarna dengan printer dan dilapisi laminasi, sudah jadi kaper propesionil inih. Isinya cukup dipotokopi dua bagian dipotong. Akhirnya saya blusukan ke komplek percetakan cari tukang potong kertas. Saya bisa mendongkrak harga lebih mahal daripada potokopian biasa, karena apa? Yes, karena saya berusaha menaikan value/ nilai dari hasil cetakan saya. Toh, di percetakan langganan kampus saya isi buku yang terbit juga hasil potokopi. Bisnis enak ini, cuma modal lambe (bibir) sama desain grafis. Ongkos buat potocopinya? Ya narik DP dari klien dong. 😛
Poin pentingnya, berani dulu baru cari caranya pakai akal, Google kan ada. Dulu pernah bercita-cita punya percetakan, tapi sekarang udah gak. Udah ada PuskoMedia Indonesia soalnya, gampang anak saya yang suruh buka percetakan nanti di masa depan. 😀
Baca juga : Startup atau UMKM, Tipe Manakah Usaha Anda
Paksakan kapabilitas tapi jangan paksakan kapasitas
Arti kapabilitas sama dengan kompetensi yaitu Kemampuan. Tapi arti kapabilitas tidak sebatas memiliki keterampilan (skill) saja namun lebih dari itu, yaitu lebih paham secara mendetail sehingga benar benar menguasai kemampuannya dari titik kelemahan hingga cara mengatasinya.
Paksakan kapabilitasmu sejak dini, karena disana kamu akan menemukan dimana titik lemah dari skill-skill yang sudah kamu miliki sebelumnya. Kalau diimplementasikan dalam soal keberanian mengambil peluang contohnya gini;
Kemarin saya sempat meminta tim saya untuk menganilis sebuah situs yang nantinya akan di clone (project wajar di kalangan followers, jangan nyinyir). Tim saya sempet bilang, om saya belum menguasai bagian payment gateway’nya, gimana dong. Apa di proposal dibuat pakai sistem manual aja?
“No, kita harus ngasih semua yang dibutuhkan klien. Kalau setengah-setengah justru situs yang dihasilkan gak bisa dipakai (secara profesional), pikir belakangan aja, lagian itu enak aja bikinnya ada Midtrans tuh dokumentasinya lengkap”, yang penting sistem keseluruhannya sudah dikuasai.
Tujuan saya memaksakan kehendak, agar semua tim dipaksa berusaha menambah skill. Kalau tidak dipaksa, mau kapan nambahnya?
Ada banyak sekali detail kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, jika secara umum sudah tercover oleh kemampuan kita, apa salahnya kita berani mencoba memangsanya? Kalau pun tiba dimasanya kita belum mengusainya, kan ada tenaga outsourcing. 😛
Berbeda dengan kapabilitas, jangan sekali-kali memaksakan kapasitas. Kapasitas adalah ukuran kemampuan kita untuk menampung/ melakukan sesuatu. Jika kamu tidak bisa dan tidak tahu sama sekali dengan project programing, jangan sekali-kali menerima project berbasis pemrograman. Percayalah, kamu akan hancur. Kalaupun mencari orang lain untuk menyelesaikannya, tidak semudah itu mencari orang untuk mengerjakan sesuatu.
Cari celah sampai ke lubang semut sekalipun
Kamu kere, keluargamu kere, temen-temenmu kere, kenal-kenalanmu kere, orang yang kamu temui? No body care about you. Mau dapet dari mana modal yang kamu butuhkan untuk menggarap suatu project yang memaksa harus ada modal besar di awal? Utang bank, Noooo jauhkan ingatanmu dari utang di bank.
Kan kamu sudah mengasah insting memangsamu setajam sangkur. Masa masih susah nyari celah buat menangin suatu project gara-gara gak ada modal. Mikir dong, bolak-balik itu sistem kerjasamanya, pikirkan baik-baik, perhatikan setiap sistemnya, percayalah disitu ada celah untuk menerkam project tersebut. Project sudah di depan mata loh, masa mau dilepasin?
Contoh lain, masih ngerasa susah cari project yang entah dimana adanya? Cobalah untuk perhatikan sekitarmu, cari masalah yang sekiranya dapat kamu selesaikan. Kalau gak ada masalah di sekitarmu, buatlah masalah. 😀
Cari klien jangan cari uang
Prinsip ini harus kamu terapkan sejak dini, kalau perlu sejak masih orok sekalipun. Kalau masih merintis, jangan cari uang. Carilah mitra/ klien sebanyak-banyaknya. Kamu harus berani makan nasi cuma pakai garam, kalau belum dapet klien/ mitra segudang.
Saya sempat ditanya oleh salah satu founder startup. “Om, ini ada orang yang mau pasang iklan di website saya, kira-kira berapa ya budgetnya?” Saya enak aja jawabnya, “Kamu itu masih merintis, jangan terpancing sama tawaran sesepele itu. Kalau cari itu, klien/ mitra saja”. Kamu tau sendiri sifat dari iklan di suatu website, dapet uang segini juta. Habis segini hari. Memperburuk image website lagi, kelihatan tak berdaya hidup dari iklan. Lihat core website kamu, kalau website profile company/ penyedia layanan, masa mau ditumpangin iklan? Beda dengan blog/ news, karena memang core bisnisnya untuk iklanisasi.
Sejak lama saya berusaha mendefinisikan kalimat tersebut (cari klien jangan cari uang). Sampai model bisnisnya Google dan Facebook pun ta pikir dalem-dalem. Di awal Google benar-benar menggratiskan semua layanannya. Termasuk Blogger, saya rasa benar-benar menjadi sebuah ekosistem yang mendukung untuk lahan iklan. Sama seperti Facebook, Google juga seperti membuat ekosistem buatan dengan cara menggiring pengguna berinternet ria di ekosistem yang dia buat.
Kalau diterapin dalam startup kecil-kecilan yang tidak berorientasi pada pengguna (Laboratorium Digita Kreatif), kira-kira kayak gini. Misalnya klien dirawat dengan baik, sering dikasih yang gratis-gratis, lama kelamaan juga bakal memberi feedback baik. Karena mereka merasa sering dikasih yang terbaik, gratis pula. AKhirnya untuk mengeluarkan uang sebesar apa pun akan rela tanpa pengecualian.
Yah, kalaupun gak matching, anggap aja matching lah hasil jabaran saya di atas.
Fokus satu konsep, jangan labil
Saya sering menekankan pada tim saya, fokus, fokus dan fokus pada tujuan yang sudah disepakati bersama. Karena dengan fokus, mata bor bisa melubangi berlian sekali pun, peluru bisa melesat lurus tanpa lengkung. Inilah yang menjadi poin penting bagi kamu yang sudah hampir wissudah.
Saya pernah menemukan anak muda yang konsep bisnisnya berubah-ubah tanda labil. Walaupun umurnya seharusnya sudah memaksa dia untuk dewasa, tapi masih labil saja dalam menentukan fokus dia mau berjalan di jalur mana. Kalau sudah susah diperbaiki, akhirnya dukungan yang saya berikan ta tarik. Terlalau beresiko membina startup yang tidak memiliki fokus sama sekali. Habis waktu, tenaga dan pikiran tanpa hasil yang bisa dikejar.
Konsisten dan tahan banting
Setelah bisa fokus masih ada mbahnya fokus yaitu konsisten. Konsisten dalam Islam diartikan sebagai istiqomah, sesuatu kebaikan yang dilakukan secara berkala, ritme yang stabil, dan terus-menerus. Konsistensi penting karena menjadi kunci keberhasilan dari tujuan yang sudah kamu rumusakan sejak awal.
Jika tujuannya sejak awal menjadi web desainer yang handal, ya wis ulik terus itu kerjaan sampai benar-benar ekspert. Kalau bosen, berhentilah sejenak karena mungkin kamu sedang butuh piknik. Percayalah, konsistensi akan membawa kamu pada tingkatan expert di bidang tertentu dan akan jadi panutan banyak orang. Jangan sekali-kali ngembat banyak bidang sekaligus di umur yang seharusnya sudah hampir mapan.
Tahan banting? Yes. Saya sendiri tekadang masih suka mengeluh, jadi tidak akan membahas masalah tahan banting saat ini.
Baca juga : 5 Startup Unicorn Ditargetkan Menkominko di Tahun 2019
Nerimo lego lilo lillahita’ala
Setelah semua usaha yang kamu lakukan belum membuahkan hasil memuaskan, atau bahkan gagal, terimalah dengan lapang dada. Dan cobalah merenung sejenak, kemudian bangkit dengan cara merekonstruksi ulang usaha-usaha yang sudah kamu lakukan.
Jika masih memungkinkan untuk diteruskan, teruskanlah. Jika sudah mentok, cobalah dengan sesuatu yang baru yang mungkin lebih menantang. Tapi ingat, jangan jauh-jauh dari bidang yang seama ini digeluti.
Akhir kata, saya Torikul Fauzi, ngopi dulu om sehabis makan pecel lele. 🙂
Cara ini sama persis dengan apa yang telah saya rintis sejak 2013 lalu. Tidak nambah, tidak kurang. Sama persis. Meski demikian, saya merasa agak terlambat. Tapi tak ada kata terlambat buat hal hal yang positif.
Tetep teguh selalu kaka, gaka ada kata agak terlambat apalagi terlambat. Salam wirausaha… 🙂
Masih nyari konsistensi, kadang kala jenuh dengan apa yg di kerjakan padahal udah yakin dan punya tujuan positif
Jenuh pasti akan terus menerjang om, yang pasti kudu tetap tabah sama pilihan yang sudah diambil. Semangat menuju puncak. 🙂
Mantap bang dan sungguh inspiratif serta motivatif.
Jadi intinya kalo kita fokus, pasti lambat laun akan membuahkan hasil.
Artikelnya sangat inspiratif & memotifasi banget, bagi saya yang baru belajar starup bisnis buat cari penghasilan tambahan.. 😀