Qona’ah dan Ikhlas Jadi Kunci Move On

Ingatlah, mantan itu tak pernah sama dengan pilihan kita yang sekarang. Jadi jangan sekali-kali menyamakan sang mantan dengan pilihan hatimu saat ini. Kalau selalu membanding-bandingkan, niscaya kamu akan selalu emosi dan dia pun akan semakin buruk di matamu. Kunci move on adalah qona’ah dan ikhlas.

Puskomedia.id–Cukup jadi moqoddimah saja membahas mantan. Pada dasarnya, mantan itu adalah sesuatu yang perlu dijadikan pelajaran hidup. Walau tak sepenuhnya harus dilupakan, cukup jadikan pengalaman.

Sama halnya seperti move on dari Windows ke Linux, Windows ke MacOS, atau Linux ke MacOS. Semuanya sama seperti move on dari si mantan. Pengalaman saya mengenal Linux pada tahun 2011 – 2012’an. Waktu itu jamannya masih kuliah, dengan bekal modem Smartfren. Sehari semalam komputer on bela-belain buat download ISO Linuxmint. Sehari semalem cuy, bayangkan saja. Maklum waktu itu cuma manfaatin koneksi yang katanya UNLIMITED. Dan akhirnya dengan bekal koneksi 50kbps, ISO Linux siap dipasang.

Setelah membuat persiapan, saya menelfon si Akbar suruh mandu saya install Linuxmint (kata dia distronya darah merah). Step by step dilalui dengan lancar. Hingga pada tahap penentuan nasib data-data kuliah. PARTISI, ya pengaturan PARTISI adalah biang keladi kegagalan instalasi paling fatal sepanjang zaman. Dengan dag dig dug akhirnya tahapan ini berhasil saya lewati, dan jreeng…! Linux pertama saya berhasil dipasang.

Setelah puas klik sana klik sini, sampai akhirnya saya mencoba membuka file manager. Klik klik, tampilan jaman itu masih cupu kalo dilihat dari masa ini. Iconnya lucu-lucu kalau menurut saya pengguna Windows jaman itu. Klik Documents, klik Video, klik Pictures, lanjut klik sana klik sini lagi nyoba nyari data makalah yang baru saja selesai dibuat di Windows. Masih setengah bingung, akhirnya saya mutuskan nelpon Akbar lagi. “Beh, kalo buka hardisk partisi Windows dari mana ya?” dia jawab. “itu dibagian Devices ada hardisknya”, “mana, gak ada”. 🙁

Alamak, macam mana pula ini data ilang semua. Mana Windows kesayangaku, tak ada dimana pun.

~~ time skip.

Baca juga : Daftar Perintah Linux yang Wajib Kamu Ketahui

Masih belum kapok masih suka nyoba-nyoba Linux. Waktu itu masih belum bisa move on dari Windows. Karena tuntutan pekerjaan jaman kuliah. Saya berkesimpulan bahwa Linux tidak cocok buat saya. Misal saya maksa pakai Linux, yang ada itu komputer bakal ancur ta banting. Bikin emosi.

Buat user macam saya yang cuma punya kemampuan mata buat melihat dan hati untuk merasakan, Linux tidak cocok. Waktu itu sering utak utik terminal buat install ini install itu hasil comot dari blog yang entah apa maksudnya. Dan akhirnya, Linux pun kolaps, klenger, lag tak bisa menerima perlakuan saya.

Masa demi masa masih saya lewati bersama dua OS. Windows jadi pacar  OS resmi, sedang si Linux jadi selingkuhan. Sekali-kali kalau flashdisk kena virus malware hidden, enak aja. Login ke Linux langsung hapus tuh malware. Dikala Windows ngadat tak bisa masuk sama sekali, login ke Linux buat instalasi baru, dan install ulang. Intinya si Linux jadi sarana pelampiasan karena kekuranga si Windows.

Sampai sekarang punm dah beberapa tahun resmi jadi pengguna Full Linux masih suka emosi gara-gara banyak kebiasaan waktu masih sama Windows tak ada di Linux. Waktu membuat desain misalnya, biasa pakai Corel crop sana crop sini enak-enak aja. Di Inscape fitur itu ta cari-cari tak pernah ketemu. Akhirnya emosi pengen banting laptop. Di Gimp croping foto badan gak nemu-nemu fiturnya, pengen nendang itu layar. Pokoknya kebiasaan dari Windows masih dibawa-bawa ke Linux.

Setiap membuat modul/ ebook misalnya. Jika di Microsoft Word olah gambar, shapes enak-enak aja hajar sana hajar sini tak ada masalah. Begitu nyoba bikin ebook/ proposal di Libre Office bikin shapes kotak satu aja kesusahan, apalagi suruh main sama foto di atas 3 MB. Selesai kiamat itu ebook kalau masih pakai cara waktu masih sama Ms Word. Kadang-kadang kalau lagi gak eling, pengen rasanya ta sobek-sobek itu ebook/ proposal. Terus bakar laptopnya. 😀

Baca juga : Programer Tunanetra yang Mampu Bekerja dengan Keterbatasan Fisiknya

Akhir kalam, jika Anda ingin migrasi dari Windows ke Linux. Kuncinya dua, qona’ah dan ikhlas. Qonaah bahwa Linux tak sama dengan Windows yang sangat memanjakan user awam. Cara pakainya pun berbeda jauh dengan OS darah merah itu. Linux iitu darah biru, yang musti belajar sedikit melupakan si mantan. Kedua, ikhlas bahwa Windows itu sangat mahal kalau mau bayar semua lisensi software yang terpasang didalam laptop. Lisensi softwarenya bisa sampai 3 kali ipat lebih dari harga laptopnya. Kalau masih maksa pakai OS ilegal, niat hati untuk menyucikan diri masih jauh untuk diperjuangkan.

PS: ini sekedar curhatan saya yang sebenernya pure pengguna Windows, cuma masih kere gak mampu beli lisensi softwarenya. Berhubung sudah tak kuliah, tak apalah pakai Linux kalau tiap harinya toh cuma butuh browser, color picker, screenshoot sama musik Joox. Boro-boro bisa beli MacOS, beli lisensi Windows aja gak pernah mampu. 😀

Baca juga : Ebook TeamViewer : Mudahnya Remot Komputer Jarak Jauh dengan TeamViewer

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.