
Pemasaran Produk lewat Komunitas Sangat Cocok untuk Startup
Menciptakan produk/layanan sedikit lebih mudah ketimbang memasarkannya, benarkah demikian?
Bahkan banyak perusahaan besar yang masih kerepotan dengan strategi pemasaran yang mereka lakukan, budget besar tak segan dikucurkan demi mengakuisisi pelanggan. Bagaimana nasib startup yang belum memiliki modal untuk memasarkan produk/layanannya?
Ada terobosan strategi pemasaran yang dapat digunakan startup agar bisnisnya bisa tumbuh secara berkelanjutan: pemasaran lewat komunitas (community marketing).
Konsep ini merupakan strategi pemasaran yang fokus pada kebutuhan pelanggan yang sudah ada (daripada calon pelanggan), baik dengan aktif secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa startup telah mempraktikan strategi pemasaran melalui komunitas, contohnya :
MangoPlate (platform informasi restoran dari Korea Selatan) juga menghubungkan sebagian besar pertumbuhannya saat ini dengan pemasaran lewat komunitas. Startup ini mengadakan acara offline untuk para fan (blogger dan pencinta makanan) karena dua alasan:
- Untuk mendapatkan masukan nyata dan berharga guna meningkatkan performa platform mereka, serta
- Meningkatkan eksposur lewat strategi pemasaran mulut ke mulut.
Dua tipe komunitas pemasaran
- Organik: Komunitas pemasaran yang organik (disebut earned marketing) tercipta tanpa bantuan dari brand. Komunitas ini bekerja menghubungkan serta menguatkan relasi para anggota komunitas guna menciptakan kesetiaan pelanggan.
- Sponsored: Perusahaan terlibat langsung dengan komunitas pemasaran dengan menjadi sponsor. Perusahaan dapat mendukung mempromosikan kesejahteraan komunitas tertentu dalam masyarakat dengan memberikan waktu atau uang. Aktivitas ini bisa saja merupakan bentuk tanggung jawab sosial suatu perusahaan.
“Poin utama dari komunitas pemasaran adalah untuk mengidentifikasi komunitas yang secara alami tertarik dengan brand, filosofi, produk, atau layanan perusahaan. Setelah itu, fokuskan usaha dan sumber daya kamu untuk memelihara pertumbuhan komunitas ini.”
Mengapa melakukan pemasaran lewat komunitas
Bagi startup dengan sumber daya manusia dan modal minim, menomorduakan aspek pemasaran tampak seperti keputusan yang dapat dimaklumi. Tapi, buktinya, saat ini memiliki tingkat retensi pelanggan yang baik ternyata lebih menguntungkan daripada hanya fokus pada akuisisi saja.
Hal ini sudah sering dibicarakan oleh berbagai pakar industri. Menurut Gary Vaynerchuk, dengan meningkatkan angka retensi pelanggan sebesar 5 persen, ternyata dapat meningkatkan keuntungan perusahaan hingga 95 persen.
Bill Lee, ahli di bidang advokasi pelanggan sekaligus penulis buku The Hidden Wealth of Customers, juga memiliki pendapat serupa. Menurutnya, setelah seorang pelanggan menyelesaikan pembelian, sebenarnya masih banyak nilai tambahan yang bisa kita berikan kepadanya. Perusahaan dapat mempererat hubungan dengan para pelanggan dengan cara menjadikan mereka sebagai para pendukung, influencer, dan kontributor.
Dengan retensi menjadi tujuan aktivitas pemasaran, menjadi masuk akal bagi startup bermodal kecil memaksimalkan Customer Lifetime Value mereka (CLV).
Karena startup biasanya hanya memiliki tim kecil untuk menjalankan operasionalnya, pemasaran lewat komunitas bisa membantumu “merekrut” para pelanggan sebagai tenaga pendukung dan penjualan produk. Strategi ini meliputi interaksi dengan pelanggan secara intim, sehingga kamu bisa memperoleh pemasaran dari mulut ke mulut, serta umpan balik yang berharga untuk meningkatkan layananmu.
Kesimpulan
Pemasaran lewat komunitas adalah proyek jangka panjang, tapi imbalannya akan setimpal jika kamu sukses membangun perwakilan brand yang setia dengan CLV yang panjang.
Lebih lanjut, strategi ini sangat baik untuk mengembangkan startup kamu karena berbiaya rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Jadi, sekarang adalah waktunya mengesampingkan strategi pemasaran tradisional dan mulai menjalankan pendekatan baru untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.